Setiap manusia pasti pernah berbuat salah, dan salahnya lagi ketika berbuat salah merasa menjadi orang yang paling buruk tak berguna. Padahal, kita seorang muslim memiliki Rabb yang menciptakan kita bersama jalan takdir kehidupan kita. Tidak sepantasnya untuk berputus asa dari rahmat Sang kuasa.
Tidak usahlah kita hanya menengok pada dosa-dosa yang kecil, dosa besar pun Allah sangat kuasa mengampuninya. Sekali pun orang kafir yang menyekutukan Dia Sang pencipta, jika dia sadar kemudian bertaubat dari kesalahannya, maka seluruh dosa yang dibawanya selama kekafiran bisa bersih dan terhapus dengan Rahmat-Nya.
Pernah mendengar kisah pemuda yang membunuh 100 manusia dengan tangannya?
Melihat judul ceritanya pun kita sadar bahwa hal itu merupakan perbuatan maksiat dan dosa besar. Tapi jangan salah menilai, siapa yang menjamin ia mengakhiri hidupnya dengan kekejian tersebut? Tidak ada yang bisa menjamin, karena sungguh kita tidak tahu takdir seperti apa yang akan mengakhiri kehidupan seseorang.
Nabi kita Muhammad -shalallahu 'alaihi wassalam- bercerita:
"Dahulu pada masa sebelum kalian ada seseorang yang pernah membunuh sembilan puluh sembilan nyawa. Lalu ia bertanya tentang keberadaan orang yang paling alim di muka bumi ini. Pertama ia ditunjuki pada seorang rahib (pendeta).
Lantas ia mendatanginya dan berkata, 'Jika seseorang membunuh sembilan puluh sembilan nyawa, apakah taubatnya akan diterima?' Pendeta itu memberikan jawaban untuk laki-laki tadi, 'Orang seperti itu tidak akan diterima taubatnya.' Lalu orang itu membunuh rahib tersebut, maka genaplah seratus nyawa yang telah ia bunuh.
Kemudian ia kembali lagi dan bertanya tentang keberadaan orang yang paling alim di muka bumi ini, ia pun ditunjuki pada seorang 'alim. Lantas ia bertanya kepada 'alim tersebut, 'Jika seseorang telah membunuh seratus nyawa, apakah taubatnya akan diterima?'
Orang 'alim itu pun menjawab, 'Ya, masih diterima. Dan siapakah yang akan menghalangi dari dirinya dengan taubat? Beranjaklah dari tempat ini ke tempat yang jauh di sana, karena di sana terdapat sekelompok manusia yang meyembah Allah ta'ala. Maka sembahkah Allah bersama mereka. Dan janganlah kamu kembali ke tempatmu (yang dulu) karena tempat tersebut adalah tempat yang amat jelek.'
Laki-laki ini pun pergi (menuju tempat yang ditunjukkan 'alim tersebut). Ketika sampai di tengah perjalanan, maut menjemputnya. Akhirnya terjadilah perselisihan antara malaikat rahmat dan malaikat adzab. Malaikat rahmat berkata, 'Orang ini datang dalam keadaan bertaubat dengan menghadapkan hatinya kepada Allah.' Namun, malaikat adzab berkata, 'Orang ini belum pernah melakukan kebaikan sedikit pun.'
Lalu datanglah malaikat lain dalam bentuk manusia, mereka pun sepakat untuk menjadikan malaikat ini sebagai pemutus perselisihan mereka. Malaikat ini berkata, 'Ukurlah jarak antara kedua tempat tersebut (jarak antara tempat jelek yang ia tinggalkan dan tembat baik yang ia tuju -pen). Jika jaraknya dekat, maka ia yang berhak atas orang ini.'
Lalu mereka pun mengukur jarak kedua tempat tersebut dan mereka dapatkan bahwa orang ini lebih dekat dengan tempat yang ia tuju. Akhirnya, runya pun dicabut oleh malaikat rahmat." (HR. Bukhari dan Muslim, no. 2766)
Maa syaa Allah ...
Begitu luas rahmat dan ampunan Rabb, berkali-kali melakukan dosa dan maksiat tetap akan mendapat ampunan jika mau bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat.
Bunuh diri bukanlah jalan yang benar untuk diambil, mencela diri terlalu berlebihan bukanlah akhlak yang baik untuk dilakukan. Jika kita berbuat salah, maka kembalilah kepada-Nya, terus dan teruslah memohon ampun setiap kali melakukan kesalahan.
Allahu a'lam.
Komentar
Posting Komentar