Akankah kita rela
menjadi sama seperti semua manusia? Manusia yang tak mengenal Allah yang Maha
Esa. Tentu tidak, karena kita adalah hamba yang menanamkan keimanan, meyakini
dan mengamalkannya. Hamba yang percaya dan yakin atas kesempurnaan penciptanya.
Manusia yang tak
mengenal apa dan siapa itu Allah, hidupnya kan menjadi berantakan tanpa aturan
yang jelas. Frustrasi dari sebuah kegagalan mematikan semangatnya melanjutkan
kehidupan. Apakah kita demikian? Jawabannya, tidak.
Kita boleh susah, kita
boleh gagal, kita mungkin ditimpa cobaan dan keterpurukkan. Namun, kita tak boleh menyerah, kita tak
pantas berputus asa. Teruslah saja memohon dan merengek pada yang Mahakuasa
saat cobaan silih berganti menimpa kita.
Ketika kita sedang
berada dalam fase yang paling rendah, berada dalam kehidupan yang seolah hampa,
berada dalam keimanan yang sedang memudar. Di sana setan semakin mengeluarkan
segala daya upaya agar kita lupa dari sebuah usaha, agar kita mengikuti
langkahnya untuk menyerah begitu saja.
Kita punya pedoman
hidup yang Allah turunkan untuk kita baca, utusan mulia yang Allah berikan
untuk kita jadikan teladan, serta langkah kehidupan umat saleh terdahulu yang
kita dengar kisahnya untuk kita tiru. Itu semua memunculkan kata tak pantas
bagi seorang mukmin ragu atas kuasa Rabb-nya.
Yakin dan percayalah
bahwa Allah tak akan menyia-nyiakan orang beriman. Allah akan sangat mudah
mengubah nasib seorang hamba, tentu jauh lebih mudah dari hanya kita
mengedipkan mata. Karena Allah sayang dengan orang beriman, Allah ingin kita bahagia,
tenang, dan tidak mudah menjatuhkan asa.
Allah berjanji dalam
firman-Nya, bahwa ia akan mengubah keadaan suatu kaum jika mereka berusaha
untuk mengubahnya. Itu artinya, Allah akan mengubah nasib kita kalau kita mau
untuk mengubahnya, kalau kita rela berusaha dan kalau kita tak pernah putus
memanjatkan doa.
Allah ta’ala
berfirman:
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَ مِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ
مِنْ أمْرِ الله إنَّ اللهَ لا يُغَيِّر مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا
بِأنْفُسِهِمْ..
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya
Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11)
Mukmin yang baik yaitu
mukmin yang selalu berusaha untuk optimis, mukmin yang melempar dan membuang
jauh-jauh kata pesimis. Memeluk antusiasme besar, sabar berjuang dan berdoa
sampai titik yang tak ditentukan. Terus, dan terus lakukan hingga Allah
memberikan jawaban atas semua permohonan.
Optimis, bangkit dan
tamaklah atas rahmat Allah yang sangat luas. Kegagalan, kesusahan, cobaan dan
ujian yang menimpa kita, katakan pada mereka “qodarullah wa masya’a fa’al”.
Biarkan yang telah terjadi untuk diambil pelajaran, bangkit dan melangkah maju,
maka insyaallah Allah akan membukakan untuk kita berbagai peluang.
Seharusnya kita malu untuk berputus asa. Nabi kita Muhammad ﷺ mengabarkan bahwa Allah terheran-heran dengan keputusasaan seorang hamba, padahal begitu dekat perubahannya,
A hopeless person sees difficulties in every chance, but a
hopeful person sees chances in every difficulty. – Ali bin Abi Thalib
Orang yang pesimis melihat kesulitan di setiap kesempatan, tetapi
orang yang optimis selalu melihat kesempatan dalam setiap kesulitan. – Ali bin
Abi Thalib
Komentar
Posting Komentar