Langsung ke konten utama

Menatap Kesempatan Dalam Kesulitan

        Segumpal tanah Allah menjadikannya sosok mulia, rupa dan bentuk yang indah, dilengkapi hati, akal dan perasaan. Itulah kita, manusia. Tiada satu dzat pun yang diliputi kesempurnaan kecuali Sang Pencipta alam semesta. Manusia memang lemah serta diciptakan dengan sifat gemar berkeluh kesah.

Akankah kita rela menjadi sama seperti semua manusia? Manusia yang tak mengenal Allah yang Maha Esa. Tentu tidak, karena kita adalah hamba yang menanamkan keimanan, meyakini dan mengamalkannya. Hamba yang percaya dan yakin atas kesempurnaan penciptanya.

Manusia yang tak mengenal apa dan siapa itu Allah, hidupnya kan menjadi berantakan tanpa aturan yang jelas. Frustrasi dari sebuah kegagalan mematikan semangatnya melanjutkan kehidupan. Apakah kita demikian? Jawabannya, tidak.

Kita boleh susah, kita boleh gagal, kita mungkin ditimpa cobaan dan keterpurukkan.  Namun, kita tak boleh menyerah, kita tak pantas berputus asa. Teruslah saja memohon dan merengek pada yang Mahakuasa saat cobaan silih berganti menimpa kita.

Ketika kita sedang berada dalam fase yang paling rendah, berada dalam kehidupan yang seolah hampa, berada dalam keimanan yang sedang memudar. Di sana setan semakin mengeluarkan segala daya upaya agar kita lupa dari sebuah usaha, agar kita mengikuti langkahnya untuk menyerah begitu saja.

Kita punya pedoman hidup yang Allah turunkan untuk kita baca, utusan mulia yang Allah berikan untuk kita jadikan teladan, serta langkah kehidupan umat saleh terdahulu yang kita dengar kisahnya untuk kita tiru. Itu semua memunculkan kata tak pantas bagi seorang mukmin ragu atas kuasa Rabb-nya. 

Yakin dan percayalah bahwa Allah tak akan menyia-nyiakan orang beriman. Allah akan sangat mudah mengubah nasib seorang hamba, tentu jauh lebih mudah dari hanya kita mengedipkan mata. Karena Allah sayang dengan orang beriman, Allah ingin kita bahagia, tenang, dan tidak mudah menjatuhkan asa.

Allah berjanji dalam firman-Nya, bahwa ia akan mengubah keadaan suatu kaum jika mereka berusaha untuk mengubahnya. Itu artinya, Allah akan mengubah nasib kita kalau kita mau untuk mengubahnya, kalau kita rela berusaha dan kalau kita tak pernah putus memanjatkan doa.

Allah ta’ala berfirman:

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَ مِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أمْرِ الله إنَّ اللهَ لا يُغَيِّر مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأنْفُسِهِمْ..

 “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11)

Mukmin yang baik yaitu mukmin yang selalu berusaha untuk optimis, mukmin yang melempar dan membuang jauh-jauh kata pesimis. Memeluk antusiasme besar, sabar berjuang dan berdoa sampai titik yang tak ditentukan. Terus, dan terus lakukan hingga Allah memberikan jawaban atas semua permohonan.

Optimis, bangkit dan tamaklah atas rahmat Allah yang sangat luas. Kegagalan, kesusahan, cobaan dan ujian yang menimpa kita, katakan pada mereka “qodarullah wa masya’a fa’al”. Biarkan yang telah terjadi untuk diambil pelajaran, bangkit dan melangkah maju, maka insyaallah Allah akan membukakan untuk kita berbagai peluang.

Seharusnya kita malu untuk berputus asa. Nabi kita Muhammad mengabarkan bahwa Allah terheran-heran dengan keputusasaan seorang hamba, padahal begitu dekat perubahannya,

begitu dekat pertolongan Allah yang akan menghampirinya. Lantas, masihkah kita ingin menyerah dan berputus asa? 

A hopeless person sees difficulties in every chance, but a hopeful person sees chances in every difficulty. – Ali bin Abi Thalib

Orang yang pesimis melihat kesulitan di setiap kesempatan, tetapi orang yang optimis selalu melihat kesempatan dalam setiap kesulitan. – Ali bin Abi Thalib

Komentar